Hanya secangkir kopi lagi.

Hanya secangkir kopi lagi.

Hanya itu yang ku butuh.

Untuk kembali berada dalam satu ruangan yang sama denganmu.

Mungkin rasa itu telah lama sirna, aku takkan berdusta.

Namun segala kenangan yang ada kembali menyeruak ke permukaan.

“Akhirnya aku lihat lagi sederhana tanpa banyak cela,
Wangimu berlalu;
Akhirnya aku lihat lagi jemarimu yang bergerak bebas,
Seiring tawamu.”

Kembali aku lihat betapa gagahnya lenganmu,

Lembutnya rambutmu,

Manisnya senyummu.

Hal kecil yang pernah membuatku jatuh.

Entah mengapa semesta mempersilakan kita untuk berbagi waktu bersama lagi.

Mungkin jawabannya tak kita ketahui sekarang.

Dan memang bukan tugasmu atau tugasku untuk menjawabnya.

Biarkan tinta itu kembali menggoreskan cerita pada lembaran kertas kita.

Terima kasih karena pernah hadir,

Terima kasih karena telah hadir, kembali.

Terima kasih karena akan tetap hadir, mungkin.

19 12 19

Related posts:

Women in India have fought a long and hard battle for their property rights — and some legal discrimination still exists. One such battle was fought by Mary Roy — an educator in Kerala belonging to…

Learn how GoodDollar aims to combat wealth inequality by establishing transparent and fair money distribution on top of the blockchain technology. Charity organizations worldwide call for action, as…

This is the first of my series on particular industries and their data. In this series, I am looking at the problems these industries have with managing and protecting their data and how the Loyakk…